Tari Golek Menak khas Provinsi DI Yogyakarta
Sunday, June 24, 2018
Tari Golek Menak DI Yogyakarta
Media Pendidikan-Pola Lantai Tari Golek Menak Adalah; langkah ngiwir, koma, sembah cina, matok kepla, goyang ngetek, koma goyang, gerk kagok, lompt jangkrik, selancar jalan dan gerk nunjuk.
I. Sejarah Tari Golek Menak Yogyakarta
Tari Tradisionla khas Golek Menak merupakan tari khas dari Keraton Yogyakarta, pada awalnya tari ini diciptakan oleh seorang yang sangat berpengaruh di wilayah Yogyakarta, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan ide Sri Sultan Hamengku Buwono IX berawal saat menyaksikan pertunjukan Wayang Golek Menak masa itu tahun 1941, apalagi Sri Sultan Hamengku Buwono IX memang sangat mencintai budaya Wayang Orang, dan pada akhirnya terbesitlah di benak Sri Sultan untuk menciptakan kesenian pertunjukan wayang golek yang dimainkan oleh orang sesungguhnya tersebut menjadi kesenian yang semakin menarik, gerakan wayang golek Golek Menak ini pada kemudian yang diadopsi kedalam bentuk sebuah tarian, dan kini terciptalah sebuah tarian yang bermula dari kesenian wayang golek tersebut, dan tarian tersebut dinamakan Tari Golek Menak khas Yogyakarta yang bisa kita saksikan dimasa kini, selain Tari Golek Menak tari ini juga biasa di sebut dengan nama Beksan Menak.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat menciptakan tarian Golek Menak ini dibantu oleh pakar Tari yang kala itu dipimpin oleh KRT. Purboningrat serta 7orang anggotanya , adapun anggotanya adalah ; Pangeran Suryo Brongto, KRT.
Madukusumo, KRT.Brongtodiningrat, KRT. Wiradipraja, KRT. Marodipuro, RW.Laras Sumbogo, RB. Kuswarogo dan RW.Hemdrowardowo, Tari Golek Menak ini ditampilkan untuk pertama kalinya pada saat perayaan ulang tahun Sri Sultan pada tahun 1943, pementasannya pertama tersebut diselenggarakan di Tratag Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta. Tari Golek Menak di tampilkan dalam tiga tipe karakter yaitu ;
1. Karakter tipe putra halus untuk Raden Maktal,
2. Karakter tipe gagah untuk Prabu Dirgamaruta,
3. Karakter tipe puteri untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli.
Ketiga tipe tari tersebut ditampilkan dengan dua tarian, yaitu disaat Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupilaeli, satu lagi disaat perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.
II. Populariat Tari Golek Menak Yogyakarta
Peekembangan Tari Golek Menak semakin baik, Tahun 1987 silam, Sri Sultan kembali mengumpulkan beberapa pakar kesenian, dari karawitan di Yogyakarta dan lembaga kesenian tari, lembaga dan karawitan tersebut adalah Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardjo, juga Paguyuban Siswa Among Beksa, dan SMKI Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Paguyuban Surya Kencana, Mardawa Budaya, ISI Institut Seni Indonesia, dan ke 6 lembaga ini di rangkul untuk turut serta mengembangkan dan juga menyempurnakan Tari Golek Menak tersebut baik dari segi gerakan,musik iringan, tema cerita yang di angkat serta busana yang pakai saat pementasan tari.
Hasil pengembangan Tari Golek Menak yang sudah dikembangkan oleh keenam tim tersebut di tampilkan kala itu penampilan pertama diberikan kepada siswa Among Beksa pada 2 Juli 1988 pimpinan RM Dinusatama diawali pagelaran fragmen lakon kelaswara, saat itu menampilkan 12 tipe karakter meliputi ;
1. Tipe Gagah bapang (tokoh Umarmaya),
2. Tipe Gagah bapang (Umarmadi dan Bestak),
3. Tipe Raseksa (Jamum),
4. Tipe Alus impur (tokoh Maktal, Ruslan dan Jayakusuma),
5. Tipe Alus impur (tokoh Jayengrana),
6. Tipe Alur kalang kinantang (Perganji),
7. Tipe Gagah kalang kinantang (Kewusnendar, Tamtanus, Kelangjajali, Nursewan dan Gajah Biher),
8. Tipe Gagah kambeng (Lamdahur), Tipe Puteri (Adaninggar seorang Puteri Cina),
9. Tipe Puteri impur (Sudarawerti dan Sirtupelaeli),
10. Tipe Puteri kinantang (Ambarsirat, Tasik Wulan Manik lungit, dan kelas wara),
11. Tipe Raseksi (mardawa dan Mardawi).
Seni Tarian yang di tampilkan tersebut menggunakan bahasa Bagongan, untuk busana yang dikenakan oleh penari memiliki berpedoman degan Wayang Golek Menak Kayu, pakaian yang di gunakan semuanya berlengan panjang, sedangkan tata cara berkain menggunakan tata cara rampekan, kampuhan, serta sere cincingan dan juga diselaraskan dengan karakter yang dibawakan.
Selanjutnya penampilan kedua dibawakan oleh kepada Pusat Latihan tari Bagong Kussudiardja, dan pementasan tari tersebut diselenggarakan di lokasi Padepokan Seni Bagong Kusssudiardja itu sendiri. Adapun tipe-tipe tari yang ditampilkan kreasi terbaru yang merupakan pengembangan dari Golek Menak itu sendiri, ragam tari yang dibawakan juga seperti yang pernah dibawakan tari Golek Menak, yaitu Kuswaji Kawindrasusanta yaitu seorang peraga Golek Menak pada saat proses penciptaan tari oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX. dan tipe-tipe karakter yang ditampilkan kala itu adalah ;
1. Tipe Gagah Bapang untuk tokoh Umarmaya,
2. Tipe Gagah Kinantang untuk tokoh Umarmadi,
3. Tipe Puteri luruh,
4. Tipe Puteri Cina.
Dan saat itu ditampilkan pula sebuah tari dengan tipe Gagah Kinantang dan tari tersebut diberi nama tari Perabot Desa, iringan musik gendhing-gendhing yang turut mengiringi keperluan tari yang sedang di tampilkan.
Selanjutnya penempilan ketiga dibawakan oleh SMKIYogyakarta pimpinsn Sunartama. Dan penampilannya dilaksanakan di SMKI Yogyakarta pada 30 Juli 1988. Tari yang kreasikan tersebut tidak jauh dari proses pengembangan Tari Golek Menak itu sendiri,selain itu gendhing-gendhing yang di jadikan sebagai pengiring tersebut di kemas selaras dengan tari yang meereka tampilkan, sehingga ketika menampilkan setiap tipe karakter menjadi terasa lebih kuat. Kala itu SMKI Yogyakarta menampilkan tarinya dengan 14 tipikal ragam gerak yang diaplikasikan dalam bentuk demonstrasi dan tanpa dibarengi dengan lakon, untuk tata busana, dan juga tata rias menggunakan antawecana, dan juga swerta kandha.
Berikututnya penampilan keempat dibawakan oleh Mardawa Budaya pimpinan Raden Wedana Sasmita Mardawa pada 9 Agustus 1988. Mardawa Budaya menampilkan tari yang singkat namun berisi dengan menampilkan lakon Kelaswara Palakrama. Mardawa Budaya menampilkan tarian tersebut dengan memaki 14 tipikal karakter.
Selanjutnya yang kelima di tampilkan oleh Surya Kencana pimpinan Mas Ywanjana pada 15 Agustus 1988. Surya Kencana menampilkan tarian yang di bawakan dalam bentuk demonstrasi dengan membawa 16 tipe karakter, grup tersebut juga mengadopsi beberapa gaya tari seperti pencak kembang dan juga silat gaya Provinsi Sumatera Barat, namun ragam gerakanya lebih dipertegas lagi dengan cita rasa gerak khas Jawa.
Baca Juga :
* Pakaian Adat Tradisional Khas DI Yogyakarta Lengkap
* Rumah Adat Tradisional DI Yogyakarta Lengkap
* Rumah Adat Tradisional DI Yogyakarta Lengkap
Dan penampilan yang terakhir atau yang ke enam dibawakan (ISI)Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada 22 Agustus 1988, yang kala itu dipimpin oleh Bambang Prahendra Pujaswara dengan menampilkan 15 tipe karakter.
Setelah menampilkan semua tipe-tipe karakter tarian tersebut, kemudian dilanjutkan dengan penampilan fragmen durasi pendek, menggunakan lakon Geger Mukadam yang sengaja diambil dari Serat Rengganis. Sekmen utama tari yang di kembangkan oleh ISI Yogyakarta terdapat pada gerakan tari, musik iringan tari, tata rias , tata busana, dan juga antawecana. Selain itu mereka juga mengadopsi Gerak Pencak Kembang dari Sumatera Barat yang dilengkapi dengan adegan perang serta beberapa macam gerak yang lainnya. Dialog yang digunakan adalah dialog dengan bahasa Jawa pewayangan.
Nah itulah tadi artikel tentang Tari Tradisional Tari Golek dari DI Yogyakarta kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua sekian dan salam Media Pendidikan.
Related Posts